Suku Asmat adalah sebuah suku di Papua. Suku Asmat dikenal dengan hasil ukiran kayunya yang unik. Populasi suku Asmatter dibagi menjadi dua yaitu mereka yang tinggal di pesisir pantai dan mereka yang tinggal di bagian pedalaman.
Kabupaten Asmat adalah salah satu kabupaten di provinsi Papua, Indonesia. Ibukota kabupaten ini terletak di Agats.
Ya, seperti yang kita tahu nama Asmat sudah dikenal dunia sejak tahun 1904. dalam sejarah pada tahun 1770 ada sebuah kapal yang dinahkodai oleh James Cook dan mendarat di sebuah teluk di daerah Asmat. Tiba-tiba muncul puluhan perahu lesung panjang yang didayungi oleh ratusan laki-laki berkulit gelap dengan wajah dan tubuh yang diolesi warna-warna merah, hitam, dan putih. Mereka ini menyerang dan berhasil melukai serta membunuh beberapa anak buah James Cook.
from : https://id.wikipedia.org/wiki/Museum_Kebudayaan_Asmat
ya, berikut merupakan sedikit gambaran museum kabupaten Asmat yang KoalaBiru dapatkan dari mesin pencarian google.
Ya, tadi kita sudah mengenal Asmat seperti apa, kali ini KoalaBiru akan memperkuat artikel dengan menunjukkan fakta-fakta mengenai keadaan Asmat saat ini yang sedang mengalami isu masalah gizi buruk yang infonya sangat melejit di mesin pencarian google.
Berikut merupakan 9 fakta soal akses ke Kabupaten Asmat
1. Terletak di daerah pesisir Selatan Papua dengan luas wilayah 29.658 km2 yang semua wilayah terdiri dari rawa-rawa, dan dikelilingi hutan manggrove serta aliran sungai-sungai. Kota Asmat dibangun di atas kayu papan. Ibu kota kabupatennya bernama Agats.
Seperti yang kita bahas diatas, bahwa suku asmat tinggal di pesisir pantai dan beberapa pula ada yang tinggal di bagian pedalaman. walaupun begitu pemerintah sudah mengupayakan untuk memindahkan tempat tinggal suku ini ke daerah pesisir.
2. Dari Jakarta, perjalanan menggunakan pesawat terbang dan mendarat di Jayapura atau Merauke. Dilanjutkan menggunakan pesawat kecil menuju Mimika. Nah, dari Timika, hanya ada dua pilihan menunju ibu kota kabupaten Asmat yaitu lewat udara atau laut. Bila menggunakan perjalanan laut, maka ditempuh dengan waktu 8 hingga 9 jam. Sedangkan dengan perjalanan udara bisa ditempuh dalam waktu 45 menit dengan pesawat kecil jenis TwinOtter dan Caravan yang berkapasitas 8-10 orang saja. Jadwal penerbangan tersebut hanya 3 kali seminggu. Pesawat mendarat di Bandara Ewer. Landasan pacu pesawat bandara yang pendek membuat pesawat besar seperti Hercules dan pesawat Boing tidak bisa mendarat di Bandara Ewer, Asmat.
Dengan membaca bagian ke 2 ini jelas bahwa untuk mencapai Kabupaten Asmat kita perlu melalui perjalanan yang cukup jauh dan tidak mudah. mulai dari transportasi maupun dana yang cukup tinggi.
Kabupaten Asmat adalah salah satu kabupaten di provinsi Papua, Indonesia. Ibukota kabupaten ini terletak di Agats.
SEJARAH DITEMUKANNYA SUKU ASMAT
Ya, seperti yang kita tahu nama Asmat sudah dikenal dunia sejak tahun 1904. dalam sejarah pada tahun 1770 ada sebuah kapal yang dinahkodai oleh James Cook dan mendarat di sebuah teluk di daerah Asmat. Tiba-tiba muncul puluhan perahu lesung panjang yang didayungi oleh ratusan laki-laki berkulit gelap dengan wajah dan tubuh yang diolesi warna-warna merah, hitam, dan putih. Mereka ini menyerang dan berhasil melukai serta membunuh beberapa anak buah James Cook.
dan berabad-abad setelah peristiwa yang ditimpa James Cook kemudian tepatnya pada tanggal 10 Oktober 1904, Kapal SS Flamingo mendarat di suatu teluk di pesisir barat daya Irian jaya. Terulang peristiwa yang dialami oleh James Cook dan anak buahnya pada saat dahulu. Namun, kali ini tidak terjadi penyerangan sehingga terjadi pertumahan berdarah.
Sebaliknya terjadi komunikasi yang menyenangkan di antarakedua pihak. Dengan menggunakan bahasa isyarat, mereka berhasil melakukan pertukaran barang.Kejadian ini yang membuka jalan adanya penyelidikan selanjutnya di daerah Asmat. Sejak itu, orang mulai berdatangan ke daerah yang kemudian dikenal dengan daerah Asmat itu.
Pada tahun 1938, Pemerintah Belanda mendirikan suatu pos pemerintahan yang berlokasi di Agats. Namun terpaksa ditinggalkan ketika pecah perang dengan Jepang pada tahun 1942. Selama perang itu berlangsung, hubungan dengan orang-orang Asmat tidak terjalin. Hubungan tetap dengan masyarakat Asmat terjalin kembali dengan didirikannya suatu pos polisi pada tahun 1953.
Mei 1963, daerah Irian Jaya resmi masuk menjadi wilayah kekuasaan Republik Indonesia. Sejak saat itu pula, Pemerintah Indonesia melaksanakan usaha-usaha pembangunan di Irian Jaya termasuk daerah Asmat.
Suku Asmat yang tersebar di pedalaman hutan-hutan dikumpulkan dan ditempatkan di perkampungan- perkampungan yang mudah dijangkau. Biasanya kampung-kampung tersebut didirikan di dekat pantai atau sepanjang tepi sungai. Dengan demikian hubungan langsung dengan Suku Asmat dapat berlangsung dengan baik. Sekolah-sekolah, PUSKESMAS (Pusat Kesehatan Masyarakat) dan rumah-rumah ibadah telah banyak juga didirikan pemerintah dalam rangka menunjang pembangunan daerah untuk masayarakat Asmat.
BAHASA SUKU ASMAT
Bahasa-bahasa yang digunakan orang Asmat termasuk kelompok bahasa yang oleh para ahli linguistik disebut sebagai Language of the Southern Division, bahasa-bahasa bagian selatan Irian Jaya. Bahasa ini pernah dipelajari dan digolongkan oleh C.L Voorhoeve (1965) menjadi filum bahasa-bahasa Irian(Papua) Non-Melanesia
TRASNPORTASI
Tidak terdapat akses darat yang menghubungkan satu distrik dengan distrik yang lain. Kendaraan yang umum dipakai oleh masyarakat adalah speedboat ataupun longboat dengan mesin motor. Masih ada masyarakat lokal yang mengendarai kole-kole (sampan kayu dengan dayung panjang) untuk dapat pergi dari satu kampung ke kampung lainnya atau menuju ke hutan untuk mencari sagu ataupun gaharu.
MUSEUM di ASMAT
The Museum Budaya dan Perkembangan Asmat (AMCP) ini terletak di kota Agats, Propinsi Papua, Indonesia. yang disusun oleh seorang misionaris OSC yaitu Frank Trenkenschuh pada tahun 1969 sebagai jalan untuk mempertahankan kebudayaan-kebudayaan Asmat seni juga memberikan kontribusi ekonomi bagi orang-orang Asmat. Museum ini dibangun oleh Keuskupan Agats-Asmat, yang juga memiliki museum dan secara resmi museum ini dibuka pada tanggal 17 Agustus 1973. Museum ini telah memiliki sekitar 1.200 item.
from : https://id.wikipedia.org/wiki/Museum_Kebudayaan_Asmat
ya, berikut merupakan sedikit gambaran museum kabupaten Asmat yang KoalaBiru dapatkan dari mesin pencarian google.
Ya, tadi kita sudah mengenal Asmat seperti apa, kali ini KoalaBiru akan memperkuat artikel dengan menunjukkan fakta-fakta mengenai keadaan Asmat saat ini yang sedang mengalami isu masalah gizi buruk yang infonya sangat melejit di mesin pencarian google.
Berikut merupakan 9 fakta soal akses ke Kabupaten Asmat
1. Terletak di daerah pesisir Selatan Papua dengan luas wilayah 29.658 km2 yang semua wilayah terdiri dari rawa-rawa, dan dikelilingi hutan manggrove serta aliran sungai-sungai. Kota Asmat dibangun di atas kayu papan. Ibu kota kabupatennya bernama Agats.
Seperti yang kita bahas diatas, bahwa suku asmat tinggal di pesisir pantai dan beberapa pula ada yang tinggal di bagian pedalaman. walaupun begitu pemerintah sudah mengupayakan untuk memindahkan tempat tinggal suku ini ke daerah pesisir.
2. Dari Jakarta, perjalanan menggunakan pesawat terbang dan mendarat di Jayapura atau Merauke. Dilanjutkan menggunakan pesawat kecil menuju Mimika. Nah, dari Timika, hanya ada dua pilihan menunju ibu kota kabupaten Asmat yaitu lewat udara atau laut. Bila menggunakan perjalanan laut, maka ditempuh dengan waktu 8 hingga 9 jam. Sedangkan dengan perjalanan udara bisa ditempuh dalam waktu 45 menit dengan pesawat kecil jenis TwinOtter dan Caravan yang berkapasitas 8-10 orang saja. Jadwal penerbangan tersebut hanya 3 kali seminggu. Pesawat mendarat di Bandara Ewer. Landasan pacu pesawat bandara yang pendek membuat pesawat besar seperti Hercules dan pesawat Boing tidak bisa mendarat di Bandara Ewer, Asmat.
Dengan membaca bagian ke 2 ini jelas bahwa untuk mencapai Kabupaten Asmat kita perlu melalui perjalanan yang cukup jauh dan tidak mudah. mulai dari transportasi maupun dana yang cukup tinggi.
3. Sesampainya di Bandara Ewer, perjalanan masih harus ditempuh dengan perahu menuju Agats, ibu kota Kabupaten Asmat. Perjalanan menyusuri rawa dan sungai itu ditempuh dengan waktu 30 menit. Setiap penumpang dikenakan tarif Rp 100 ribu.
Apakah ada jalur darat ke Agats? Jawabannya: tidak ada.
4. Selain terkenal dengan istilah kota lumpur, Asmat juga sering dijuluki kota seribu papan. Sebab papan ini menjadi penghubung antar titik di Asmat.
Belakangan, papan-papan itu di Agats sudah diganti dengan beton.
5. Bagaimana kampung di luar Agats? Kampung-kampung berada di tengah-tengah rawa. Sebagai moda transportasi, perahu masih menjadi transportasi utama yang menghubungkan antar distrik. Jarak tempuh antar distrik bervariasi, dari 30 menit hingga berjam-jam lamanya.
Dapat kita pahami bahwa, Transportasi antar luar daerah saja cukup sulit dan jauh, apalagi jika kita bandingkan dengan transportasi dari jawa. maka akan sangat sulit bagi kita untuk mencapainya.
6. Bangunan yang ada di Kabupaten ini tidak menyentuh tanah/rumah tapak. Melainkan berbentuk bangunan yang terdiri dari tiang-tiang kayu layaknya rumah panggung yang tingginya kurang lebih satu sampai dua meter.
Bangunan disetiap suku memanglah berbeda-beda, termasuk bangunan-bangunan yang menjadi ciri khas suku Asmat sendiri.
7. Hingga kini masyarakat Asmat masih menggantungkan kehidupannya kepada alam. Sebagian besar mereka menjadi nelayan. Bahkan masih ada yang bermukim di hutan-hutan. Anak-anak usia dini membantu orang tua mencari penghasilan, tanpa memperhatikan pendidikan dan kesehatan mereka. Kebanyakan masih nomaden.
8. Masyarakat masih awam, baik terhadap teknologi, kesehatan dan pendidikan. Seperti masih banyak yang tidak mau disuntik dengan alasan keyakinan.
salah satu masalah utama suku ini adalah mengenai teknologi, kesehatan dan pendidikan. pemerintah perlu melakukan banyak hal untuk memperbaiki kondisi suku asmat melalui masalah-masalah yang ada termasuk tiga hal ini. jika masalah ini teratasi maka sudah sangat jelas apa yang akan terjadi pada suku Asmat seperti yang kita nanti-nantikan yakni dengan kemakmuranya.
9. Sinyal internet tidak ada di Asmat. Sinyal Hp hanya ada di Agats. Selepas Agats, sinyal hilang. Begitupun juga dengan BBM dan listrik yang terbatas.
Ya begitulah keadaan suku asmat tanpa sinyal. bayangkan saja kita yang setiap hari menggunakan internet bila berada disana akan sangat sulit, apalagi bagi mereka yang sangat membutuhkan sarana komunikasi apabila terjadi masalah-masalah seperti keadaan gizi buruk yang sangat terlambat bagi pemerintah untuk mengetahuinya.
Ya begitulah sedikit ringkasan dari KoalaBiru mengenai Suku Asmat yang baru-baru ini sangat mencuru perhatian. pemerintah perlu melakukan tindakan luar biasa agar masyarakat di Asmat terbebas dari kondisi ini, Dan pemerintah juga perlu mengingat dan selalu mengantisipasi agar tidak terjadi lagi masalah yang sangat mengkhawatirkan didaerah-daerah pedalaman lainnya, maupun desa-desa yang kurang diperhatikan sebelumnya.
terimakasih, semoga bermanfaat .



Comments
Post a Comment